Disaat dikau terkapai dan kelemasan
Di arus hidup yang tinggal sejengkal cuma
Katamu kau tak bisa berenang kesana
Engkaulah teman tanpa sangsi dan curiga
Setelah aku mendengar lirih ratapmu
Harumnya sekuntum melati di embunan pagi
Sewaktu kita melewati sebidang tanah perkebunan persahabatan
Tersasar aku di dalam mentafsir
Aksara jujur dan ketulusan yang terpamer di wajahmu
Terlalu naif untuk kufahami
Metafora puisi dusta dan personafikasi
Sukarnya untuk aku membuktikan
Kebenaran yang berpihak padaku
Kerna peluang langsung tiada padaku
Sedarlah aku erti senyuman
Ada dendam yang tidak pernah padam
Pada lirik matamu ada pedang tajam yang merejam
Ohh ...
Terima kasih atas pengalaman itu
Mengajak aku kembali mengenali diri
Terpaksa lagi menyusuri jalan-jalan sepi
Masih bisakah kutemui sekuntum melati mewangi yang tidak berduri
Sedarlah ...
Dengarlah metafora puisi dusta
Biarlah persahabatan ...
Sedarlah ...
Dengarlah metafora puisi dusta
Biarlah persahabatan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar