Jiwa ibarat tentara-tentara yang bersenjata, ia juga mempunyai
kebutuhan yang harus dipenuhi, tanpa harta berlebihan. Secukupnya saja. Sebab,
jika berlebihan, bagai air dalam gelas, ia akan tumpah sia-sia. Kebutuhan jiwa adalah
amal shaleh.
Dalam beribadah,
tidak boleh terlalu berlebihan, sehingga melupakan hak-hak badan, keluarga, dan
tetangga. Jangan terlalu bersemangat melebihi Nabi, sebab Nabi pun menikah,
bermasyarakat dan memberikan segala sesuatu hak-haknya.
Diriwayatkan dari
‘Aun bin Abi Juhaifah, dari ayahnya, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam mempersaudarakan Salman dan Abu Ad-Darda’. Lalu, Salman
mengunjungi Abu Ad-Darda’, dan ia melihat Ummu Ad-Darda’ berbaju kumal. Ia pun
bertanya kepadanya, “Kenapa kamu ini?” Ummu Ad-Darda’ menjawab, “Saudaramu, Abu
Ad-Darda’, tidak mempunyai kebutuhan duniawi.”
Kemudian dating
Abu Ad-Darda’, lalu Salman buatkan makanan baginya. Salman berkata, “Makanlah.”
Abu Ad-Darda’ menjawab, “Aku sedang bepuasa.” Salman menimpali, “Aku tidak
makan hingga kamu makan.” Kemudian Abu Ad-Darda’ makan. Malam harinya Abu
Ad-Darda’ bersiap untuk bangun. Salman berkata, “Tidurlah.” Abu Ad-Darda’ lau
tidur.
Kemudian, tak lama
setelah itu, ia bersiap bangun, namun Salman kembali berkata, “Tidurlah.” Baru
ketika telah sampai akhir malam Salman berkata, “Bangunlah sekarang.” Keduanya
lalu shalat. Setelah itu Salman berkata, “Sesungguhnya bagi Tuhanmu atas kamu
terdapat hak, bagi dirimu atas kamu terdapat hak, dan bagi keluargamu atas kamu
terdapat hak. Jabdi berikanlah hak kepada setiap yang memiliki haknya.”
Kemudian Abu
Ad-Darda’ menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menceritakan
kejadian yang baru saja dialaminya itu. Mendengar itu Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam berkata, “Salman benar.”
(Yasir, Muhammad. 2009. Engkau Lebih Cantik Dari Bulan Purnama. Jakarta:
Salsabila Kautsar Utama.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar